PEKAN Kebudayaan Aceh ke-8 atau PKA-8 telah berlalu, meninggalkan berbagai kesan bagi orang yang berbeda. Ada yang senang, bangga, ada pula yang kecewa.
Ada yang mendapatkan banyak keuntungan dari proyek-proyeknya ataupun keuntungan dari berbisnis dengan adanya PKA-8, ada pula yang merasa dirugikan. Ada yang tidak memiliki kesan apa-apa, ada yang tidak peduli dan tidak mahu datang walaupun tahu, bahkan ada yang tidak pernah tahu bahwasanya PKA-8 itu ada.
Di antara sekian banyak pihak yang terlibat dan memiki kesan beragam, ada kami, Majelis Seniman Aceh (MaSA) – Pusat Kebudayaan Aceh Turkiye (PuKAT), yang menganggap PKA-8 itu penting. Kami memusatkan perhatian pada apa yang bisa kami lakukan supaya PKA-8 itu berlangsung lancar dan berguna, setidaknya pada apa yang kami dilibatkan di dalamnya.
Pada awal Oktober 2023 Majelis Seniman Aceh (MaSA) – Pusat Kebudayaan Aceh Turkiye (PuKAT) mendapatkan surat dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh untuk menjadi peserta stan pameran rempah di PKA-8, pada 4-12 November 2023.
Terlepas dari penilaian itu, kami berusaha keras dapat memenuhi undangan ikut pameran di PKA-8.
Pada pameran selama 9 hari tersebut, Majelis Seniman Aceh dan PuKAT memamerkan buku belasan judul. Yaitu buku koleksi Nab Bahany As karya Barlian AW dan penulis lainnya, buku novel dari Thayeb Loh Angen, buku cerita pendek karya Muhajir Juli dan buku karya Nur Juli, novel karya Mex Wahab, buku dari Wina SW1, dan novel Cut Rizka Safrianti, dan diramaikan oleh buku karya Dr Mehmet Ozay dalam bahasa Turkiye dan beberapa koleksi PuKAT.
Selain buku, di stan dipemerkan bubuk kopi koleksi kopi dari Yoppi Andri dan cangkang kerang raksasa dari Chairiyan Ramli. Pada stan tersebut juga ditaruh selebaran FLP (Forum Lingkar Pena) Aceh tentang Asma Nadia ke Aceh pada 25 November 2023.
Untuk memeriahkan acara, beberapa hari setelah pembukaan, di hadapan stan, kami mengadakan pertunjukan seni, mengumpulkan bantuan untuk Palestina. Ada penampilan puisi, hikayat nyanyian, stan up komedi, dan lainnya.
Beberapa seniman senior ikut meramaikan panggung sukarela tersebut, di antaranya: Chairiyan Ramli, Kuya Ali, Apa Gense, Medya Hus, Fikar W Eda dan istrinya Devi Matahari, MY Bombang, Mahdalena, Wina SW1, Herman RN, Muhrain, S Paru, Thayeb Loh Angen, dan beberapa orang seniman lainnya, diramaikan pulah oleh beberapa orang pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Aceh dan luar Aceh. Pertunjukan itu diperkuat dengan adanya panggung kecil dan soundsystem dari Abon Coffee Peuniti yang dipinjamkan dan diantar ke tempat acara secara cuma-cuma selama acara berlangsung. Pada malam penutupan, kami menyerahkan uang yang terkumpul untuk Palestina tersebut kepada Medical Emergency Rescue Committee . (MER-C) Aceh, yang diketuai Ira Hadiati. Mereka adalah yang dipercayakan membangun RS Indonesia di Gaza.
Pada stan itu, Majelis Seniman Aceh juga menampilkan profil seniman yang diputar di layar monitor dalam stan yang dipinjamkan Syekh Ghazali LKB.
Desain tampilan stan Majelis Seniman Aceh yang elegan dan menarik perhatian merupakan karya Teuku Abdul Malik dan H A Salam.
Stan pameran itu diberikan gratis dengan seluruh pembelanjaan ditanggung oleh peserta, tidak diberikan uang stan sebagaimana PKA sebelumnya. Untuk menjalankannya Majelis Seniman Aceh meruripee. Di antara yang ikut membantu adalah Chairiyan Ramli, Zubaidah Azwan, Moritza Thaher, Medya Hus, Chairiyan Ramli, Ihan Nurdin, H A Salam Sahut, Thayeb Loh Angen.
Pada stan Majelis Seniman Aceh (MaSA) – Pusat Kebudayaan Aceh Turkiye (PuKAT) di PKA-8, kami melihat bagaimana para seniman secara sukarela kompak untuk satu kepentingan melestarikan budaya bangsa.
“Kita tetap berkomitmen melakukan yang terbaik untuk dunia seni dan budaya Aceh. Kami berterima kasih kepada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Aceh yang telah memberikan stan, kami berterima kasih semua pihak yang telah membantu, kepada semua kawan-kawan yang telah bersusah payah menyekseskan stan kita,” kata Chairiyan Ramli, Ketua Umum Majelis Seniman Aceh.[]Link to
