BERITAACEH, Banda Aceh | Hadir di antara kenyamanan sebuah cafe kawasan Pango Warkop Cut Ayah, Helvi Tiana Rosa berujar Tanoh Aceh adalah kampung halaman kakeknya.
Lebur berbaur bersama para seniman juga sastrawan Aceh dalam silaturrahmi bertepatan kunjungan atas undangan USK sekaligus risetnya di Kabupaten Pidie, Sabtu (12/8/2023)
“Saya memiliki garis keturunan Aceh melalui sang kakek, beliau ulama yang juga umara di Tanoh Serambi Aceh, TM. Usman L. Muhammadi, tokoh yang hadir di masa Ali Hasyimi,” ungkap Helvy.
Selama berada di Aceh, Helvy memanfaatkan waktu luangnya di sela riset yang sedang dijalani bertemu para seniman di Aceh.
“Malam ini saya sangat bersyukur bisa bertemu rekan seniman, awalnya tidak menyangka bisa bertepatan momen bersama untuk silaturrahmi, Alhamdulillah, terima kasih buat sastrawan dan seniman Aceh yang telah hadir malam ini atas undangan kami,” ungkapnya kepada media.
Tampak beberapa seniman yang mulai terlihat bercengkrama di suasana Malam Minggu antaranya; Moritza Taher musisi, Thayeb Loh Angen novelis, De Keumalawati sahabat Helvy sastrawan, Yan Kande musisi, Djamal Sharief tokoh teater/film, Muhrain sastrawan, juga hadir Mahdalena (De’Na) teaterawan, Riazul Iqbal (Rio) FLP Sigli juga lainnya.
Melalui silaturrahmi ini, Helvy berharap terus terhubung dengan para seniman di Aceh, apalagi menurutnya tugas-tugas di Aceh ke depan melalui silaturrahmi yang terjaga dapat memperlancar aktivitas terutama bidang seni budaya.
Ketua Majelis Seniman Aceh, Chairiyan Ramli menyambut hangat undangan silaturrahmi Helvy,
“Rekan seniman yang hadir dominan pengurus Majelis Seniman Aceh, juga hadir ketua Satupena De’Keumalawati dan dari Forum Lingkar Pena,” papar Yan Kande.
“Kami mengapresiasi undangan Helvy, ke depan kita berupaya terus saling sinergi membangun budaya dan seni dalam konteks penguatan peran para seniman meningkatkan kualitas dan kapasitas berkarya, hingga para seniman di Aceh kian berkembang dalam sinergi tingkat nasional bahkan internasional,” ungkapnya.
Selain membicarakan dunia sastra, film, teater, produksi dan aktivitas berkarya di ranah literasi, Helvy juga berbagi kisi-kisi dan pengalamannya dalam memproduksi filmnya secara mandiri melalui naskah/skrip dari karya sastranya.
Film ke-enam juga yang sebelumnya saya produksi justru disokong bajetnya oleh produser negeri tetangga Malaysia, menurutnya ada cara pandang yang cocok dari produser tersebut, menurutnya juga bahwa karya sastra bisa membawa langkah besar dalam hidupnya, termasuk dalam ranah per-fileman, itulah hal yang selalu disyukurinya.
“Saya membiarkan Aceh menjadi satu-satunya alasan mengapa perempuan layak berkarya dan bebas mengekspresikan apa yang saya kehendaki khususnya lewat seni dan budaya, sebab tanah lahir kakek saya inilah telah menginspirasi, tokoh perempuan dari Aceh membawa cakrawala pandang dalam pemikiran membawa perubahan bagi bangsa, dekade berjalan, zaman berubah, namun perempuan tetap ditunggu karya besar mereka, kuncinya ya berbuat dan tidak berhenti,” tutupnya.
Selain membicarakan hal seni, silaturrahmi dengan seniman dan sastrawan Aceh Helvy juga merasa bersyukur bisa berkenalan lebih dekat dengan para seniman senior Aceh. Link To